Pancasila adalah dasar negara dan juga ideologi bangsa Dunia. Pancasila itu sendiri berasal dari bahasa Sanskrit, yaitu panca yang artinya lima, dan sila yang bermaksud dasar. Pancasila sebagai dasar negara memiliki perkembangan dari setiap periode dengan pemimpin yang berbeda. Dalam perwujudannya, Pancasila selalu mengalami turun naik.
Dalam artikel ini, kita akan membahas penerapan Pancasila di Dunia dari waktu ke waktu. Kami akan membahagikannya kepada tiga jangka masa, iaitu Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi.
Perintah Lama (1945-1966)
Semasa era Orde Lama, Dunia mengalami proses peralihan dari masyarakat yang dijajah kepada masyarakat yang bebas. Pada waktu itu, itu adalah pencarian penerapan bentuk Pancasila.
Urutan lama berlaku dalam tiga tempoh yang berbeza, iaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan periode 1959-1966.
Pada tahun 1945-1950, Dunia sebagai negara peralihan dari negara yang dijajah menjadi negara yang merdeka menjalani proses penyesuaian untuk penerapan ideologi bangsa, yaitu Pancasila. Sebilangan orang setuju dan ada yang merasa keberatan.
(Baca juga: Memahami Kedudukan dan Fungsi Pancasila)
Kemudian pada tahun 1950-1959, sistem demokrasi berjaya dilaksanakan melalui pilihan raya 1955 yang diadakan untuk memilih ahli konstituen. Namun, anggota yang terpilih tidak dapat menggubal perlembagaan seperti yang diharapkan. Oleh itu, pada 5 Julai 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden 1959 untuk membubarkan Majlis Konstituen dan membatalkan UUDS 1950 untuk menjadi Perlembagaan 1945.
Pada periode 1959-1966, Soekarno sebagai presiden mengubah sistem pemerintahan menjadi sistem Demokrasi Berpandu. Di samping itu, presiden memperluas peranan tentera dalam elemen politik dengan menggabungkan POLRI dan TNI untuk menjadi ABRI (Angkatan Bersih Republik Dunia).
Pesanan Baru (1966-1998)
Orde Baru dimulakan dengan kenaikan Suharto menjadi presiden menggantikan Soekarno pada 22 Februari 1967. Pada awal perintah baru, Presiden Soeharto harus mengatasi kekacauan yang ada di Dunia, Suharto melakukan beberapa usaha pemulihan, yaitu:
- Rancangan Pembangunan Lima Tahun (Replita).
- Pilihan raya.
- Pengembangan Pendidikan untuk Pelaksanaan Pedoman Hidup dan Pengalaman Pancasila.
- Pembangunan yang saksama.
Semasa menjalankan pemerintahan, beberapa masalah juga timbul dan mencetuskan demonstrasi yang berlaku pada 13-14 Mei 1998, termasuk:
- Kebangkitan KKN (Rasuah, Kolusi dan Nepotisme).
- Hak bersuara terhad.
- Peranan dwi (fungsi ganda) ABRI.
Akhirnya, pada 21 Mei 1998, Soeharto melepaskan jawatannya setelah berkhidmat sebagai presiden selama tiga puluh tahun. Oleh itu berakhirlah era Orde Baru.
Pembaharuan (1998-sekarang)
Era reformasi dimulakan dengan pertukaran presiden dari Suharto menjadi BJ Habibie, yang pada mulanya bertugas sebagai naib presiden. Kepemimpinan ini digunakan untuk mereformasi semua struktur pemerintahan sebelumnya. Langkah yang diambil oleh Habibie adalah:
- Membentuk kabinet reformasi pada 22 Mei 1998.
- Meningkatkan sistem ekonomi dengan meningkatkan nilai tukar rupiah dan membina semula ekonomi negara.
- Membaharui bidang politik.
- Dikeluarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan untuk Memberi Pendapat di Masyarakat.
- Menyelesaikan masalah fungsi ganda ABRI.
- Membaharui bidang perundangan.
- Mengadakan sesi khas MPR untuk membuat keputusan baru.