Pengaruh Budaya Hindu-Buddha di Dunia

Anda mesti biasa dengan Candi Borobudur dan Prambanan. Bangunan bersejarah ini adalah pengaruh budaya Hindu-Buddha yang berkembang di Dunia pada abad ke-5 hingga 15. Kedatangan Hindu-Buddha di dunia ini menyebabkan hubungan budaya atau akulturasi dengan budaya Dunia. Kemudian, adakah anda tahu apa yang disebut akulturasi? Dan apakah pengaruh budaya Hindu-Buddha di Dunia? Mari lihat penjelasannya!

Hubungan budaya atau akulturasi adalah proses mencampurkan unsur-unsur satu budaya dengan budaya lain, sehingga membentuk budaya baru. Walau bagaimanapun, budaya baru yang dihasilkan tidak menghilangkan keperibadian atau ciri budaya sendiri, jadi untuk dapat mengakulturasi setiap budaya harus seimbang.

Pengaruh budaya Hindu-Buddha di Dunia telah membawa perubahan besar dalam pelbagai bidang kehidupan masyarakat. Perwujudan akulturasi antara budaya Hindu-Buddha dan budaya Dunia dapat dilihat dari seni bangunan, sastera, bahasa dan tulisan, kepercayaan dan falsafah, serta sistem pemerintahan.

Seni Bangunan

Pengaruh Hindu-Buddha secara fizikal dilihat paling jelas di bangunan kuil. Di mana, kuil itu adalah bangunan yang paling mapan semasa pengaruh budaya Hindu-Buddha. Kuil mempunyai pelbagai makna atau bentuk bangunan, seperti kuil yang berfungsi sebagai tempat pemujaan dan makam, kuil mandi suci (parthirtan).

(Baca juga: Zaman Perundagian, Budaya Gangsa dan Besi di Dunia)

Kuil ini terdiri dari tiga bahagian, yaitu kaki bandi (bhurloka, alam dunia fana), tubuh kuil (bhurwaloka, wilayah pembersihan jiwa), dan bahagian atas kuil (swarloka, alam jiwa suci). Namun, karena ciri akulturasi adalah mempertahankan keunikan budaya aslinya, ada perbedaan arsitektur yang cukup mencolok, salah satunya adalah candi di wilayah Jawa Tengah dan yang di Jawa Timur. Perbezaan antara kuil-kuil ini merangkumi:

  • Sebuah kuil di Jawa Tengah, memiliki bentuk gemuk dengan hiasan kalamakara (wajah raksasa) di atas pintu masuk. Bahagian atas candi berbentuk stupa, dengan andesit sebagai bahan utama. Secara umum, kuil ini akan menghadap ke arah timur.
  • Kuil di Jawa Timur lebih ramping, dengan hiasan kala yang lebih sederhana di atas pintu gerbang daripada kalamakara. Bahagian atas kuil adalah kubus, dengan bahan utamanya adalah batu bata. Umumnya, kuil ini di Jawa Timur menghadap ke barat.

Sastera

Selama perkembangannya, budaya menulis melahirkan karya sastera dalam bentuk buku oleh penyair Indonesia. Buku ini adalah kumpulan cerita, catatan, atau laporan mengenai suatu peristiwa, kadang-kadang di dalamnya terdapat juga mitos.

Pengaruh akulturasi budaya ini dapat dilihat dengan jelas dalam usaha penyesuaian yang dilakukan oleh sejumlah penyair seperti Mpu Kanwa, Mpu Sedah, Mpu Dharmaja, dan Mpu Panuluh. Mereka membuat penyesuaian pada epik Mahabharata dan Ramayana mengikut keadaan pada masa itu.

Bahasa dan Penulisan

Pengaruh Hindu-Buddha mendorong masyarakat Dunia kepada budaya bertulis atau zaman bersejarah. Budaya tulisan menggunakan bahasa Sanskrit dengan huruf Pallawa atau jenis tulisan yang digunakan di bahagian selatan India. Selama pengembangannya, huruf Pallawa menjadi dasar bagi huruf-huruf lain di Dunia seperti huruf Kawi, Jawa Tua, Bali Tua, Lampung, Batak, dan Bugis-Makasar.

Sementara itu, perbincangan bahasa Sansekerta terhenti karena hanya digunakan dalam lingkungan terbatas, yaitu di istana dan secara khusus digunakan oleh Brahmana. Budaya tulisan atau tulisan pada zaman Hindu-Buddha di Nusantara diperkuat dengan bukti dalam bentuk prasasti dan buku.

Kepercayaan dan Falsafah

Kepercayaan yang berkembang di Dunia sebelum pengenalan Hindu-Buddha adalah animisme dan dinamisme. Seiring dengan kemasukan pengaruh Hindu-Buddha, masyarakat Dunia mula memeluk kedua-dua agama tersebut.

Sistem pemerintahan

Pengaruh budaya Hindu-Buddha di Dunia mengubah sistem pemerintahan yang ada di Nusantara. Pada mulanya, sistem pemerintahan dengan gaya suku dan popular menjadi monarki dengan hierarki (tahap) yang jelas.

Struktur pemerintahan monarki adalah umum di semua kerajaan Hindu-Buddha yang telah muncul di Dunia dari Kutai hingga Majapahit, yang berarti pemimpin pemerintah tertinggi adalah raja. Di mana, raja dipilih berdasarkan keturunan dinasti yang berkuasa dan disahkan oleh kasta Brahmin atau kasta yang paling dihormati dalam masyarakat Hindu.