Sejarah Kerajaan Tarumanegara

Anda pasti pernah mendengar nama Tarumanegara untuk nama Jalan dan juga salah satu universiti swasta di Dunia. Tetapi, tahukah anda bahawa Tarumanegara adalah nama salah satu kerajaan Hindu terbesar di dunia? Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sejarah Kerajaan Tarumanegara, mari lihat penjelasannya!

Kerajaan Tarumanegara adalah sebuah kerajaan yang pernah memerintah di bagian barat Pulau Jawa dan didirikan pada akhir abad ke-5 SM. Kerajaan ini adalah salah satu kerajaan tertua di Nusantara setelah kerajaan Kutai.

Dalam catatan sejarah, Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu yang dimiliki oleh Wisnu. Di mana, kerajaan ini didirikan oleh Raja Jayasinghawarman yang merupakan pemimpin sekelompok pelarian yang berasal dari Calankayana India kerana perang besar di sana.

Jayasingawarman mendapat persetujuan dari raja yang berkuasa di Jawa Barat, yaitu Dewawarman VIII, raja Salakanagara untuk membuka penempatan baru. Nama Tarumanegara sendiri berasal dari kata-kata Tarum dan Nagara.

Tarum bermaksud sungai yang membelah Jawa Barat, iaitu sungai Citarum, tetapi ada juga yang mengatakan bahawa Tarum berasal dari nama tanaman pewarna benang tenun dan bahan pengawet kain yang banyak tumbuh di sekitar sungai Citarum. Sementara Nagara didefinisikan sebagai negara atau kerajaan.

Wilayah kerajaan Tarumanegara meliputi wilayah Banten hingga Cirebon. Sejak berdirinya kerajaan Tarumanegara, ia telah mengalami masa kejayaan hanya 3 generasi, di mana zaman kegemilangan Tarumanegara dipimpin oleh Raja ke-3 bernama Purnawarman.

Walaupun demikian, Kerajaan Tarumanegara akhirnya harus runtuh pada abad ke-7 SM, yang diduga ditakluki oleh kerajaan Sriwijaya. Tarumanegara juga meninggalkan banyak tinggalan bersejarah seperti kerajaan lain, di mana beberapa peninggalan sejarah ini termasuk:

  1. Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)

Prasasti Ciaruteun terletak di Desa Ciaruteun, kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, yang ditemukan di Sungai Ciaruteun pada tahun 1863. Prasasti ini terbahagi kepada 2 bahagian, iaitu prasasti Ciaruteun A yang ditulis dalam bahasa Sanskrit dan tulisan Pallawa yang terdiri dari 4 baris puisi India. Kedua, prasasti Ciaruteun B, yang berisi goresan di telapak kaki dan motif labah-labah yang maknanya tidak diketahui.

(Baca juga: Kenali kerajaan Hindu tertua di dunia, Kutai)

Bunyi prasasti ini adalah "Vikrantasyavanipateh srimatah purnavarmmanah tarumanegarendrasya visnor iva padadvayam". Ini bermaksud "ini adalah sepasang kaki, yang seperti (telapak kaki) kaki Lord Wisnu, adalah kaki dari Yang Mulia Purnnawarman, raja negara Taruma (Tarumanegara), raja dunia yang berani".

  1. Prasasti Kebon Kopi / Tapak Gajah

Prasasti berikutnya milik Kerajaan Tarumanegara adalah prasasti Kebon Kopi. Prasasti ini ditemukan di Desa Ciaruteun Ilir, kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dan ditulis pada prasasti ini dalam tulisan Pallawa dan Sanskrit. Ia dinamakan jejak gajah kerana diapit oleh sepasang gambar kaki gajah.

Prasasti itu berbunyi "jayavsalasya taruma / ndra / sya ha / st / inah-sira / vatabhasya vibhatidam-padavayam". Maksudnya, "Di sini muncul sepasang kaki ... yang seperti Airavata, penguasa gajah taruma (yang) hebat dalam .... dan (?) Kemuliaan".

  1. Prasasti Muara Cianten

Lokasi prasasti Muara Cianten adalah di Desa Muara, Desa Ciaruteun, Kabupaten Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Prasasti ini juga berisi telapak kaki, tetapi sayangnya tulisan itu tidak dapat ditafsirkan kerana terdapat huruf keriting, sehingga tidak banyak yang diketahui tentang isinya.

  1. Prasasti Tugu

Prasasti ini terletak di Kampung Batu Tumbuh, Desa Tugu Koja, Jakarta Utara. Prasasti ini adalah prasasti terpanjang dari semua peninggalan Purnawarman dan prasasti tersebut terukir di atas batu bulat panjang bulat.

Prasasti Tugu ini menggambarkan penggalian sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian sungai Gomati di sepanjang tombak 6112 atau 12 km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 pemerintahannya. Penggalian sungai adalah idea untuk mengelakkan bencana alam berupa banjir yang sering terjadi semasa pentadbiran Purnawarman dan kekeringan yang berlaku pada musim kemarau.

  1. Prasasti Cidangiang

Ditemui di kampung Lebak, di tebing Sungai Cidanghiang, Kabupaten Munjul, Kabupaten Padeglang, Banten. Dalam prasasti ini terdapat dua baris watak yang merupakan satu ayat dalam metrum anustubh.

Bunyi prasasti ini adalah "vikranto yam vanipateh prabhuh satyapara (k) ra (mah) narendraddvajabhutena srimatah purnnavarmmanah". Ini bermaksud "ini adalah tanda kejeniusan, keagungan dan keberanian sejati raja dunia mulia Purnawarman yang menjadi panji semua Raja".

  1. Prasasti Pasir Awi

Seperti namanya, prasasti ini dijumpai di Pasir Awi Bogor. Tetapi sayangnya dalam prasasti ini ditulis dalam keriting yang tidak dapat dibaca, walaupun sama dengan prasasti lain di prasasti Pasir Awi, ada gambar jejak kaki.

  1. Prasasti Pasir Kaleangkak

Prasasti ini ditemui di sebuah bukit, kawasan perkebunan Jambu di Bogor. Bunyi prasasti ini adalah "Sriman-data krtajno narapatir- Asamo yah pura / ta / r / u / maya / m / namna sri-purnnavarmma pracura-ripusarabhedya-vikhyatavarmmo-tasyedam-padavimbadvayam-arinagaroysadane nityadaksambhakt"

Maknanya adalah "jantan, terpuji dan jujur ​​dengan tugasnya, adalah pemimpin manusia yang tiada tandingannya - Sri Purnnavarman yang terkenal - yang pernah (memerintah) di Taruma dan yang perisai terkenal (= pelayan) tidak dapat ditembus oleh senjata musuh. Ini adalah sepasang kakinya, yang selalu berhasil menyerang kota-kota musuh, menghormati para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuhnya ”.